Jumat, 24 Oktober 2008

Antara Seketeng dan Brang Rea

Bagi Bapak Athia naik turun bis adalah hal yang biasa, dalam seminggu delapan kali naik bis. Rutinitas ini harus dilakoni dengan sabar kalau ingin tetap bertemu dengan anak istrinya yang ia sangat cintai, soal biaya adalah tidaklah penting yang bisa berkumpul dengan keluarganya. Dalam setahun Bapak Thia harus mengeluarkan anggaran minimal lima juta belum termasuk oleh-oleh untuk dibawa pulang. Dia tidak pernah menghitung semua biaya ini, dia tidak mau pusing dengan semua itu, kerinduannya pada keluarga mengalahkan semuanya.
Rasa rindu pada anaknya yang semata wayang mengalahkan segalanya. Anaknya baru berumur setahun tiga bulan, lagi lucu-lucunya. Dia takut anaknya tidak mengenalnya lagi kalau lama tidak pulang. Suatu hari ketika dia sedang bermain-main dengan anaknya, Bapak Thia terperangah ketika dengan tidak disangka-sangka anaknya memanggilnya bapak dan kebetulan waktu itu dia sedang menyuting anaknya yang sedang bermain.
Bapak Thia selalu menyuting anaknya tiap dia pulang dan hasil shotingannya selalu dia simpan dengan rapi dalam komputernya. Dia ingin meperlihatkan hasil shotingannya itu kepada anaknya ketika dia besar nanti. Disamping itu hasil vidio hasil shoting tersebut dapat menjadi hiburannya ketika dia berada jauh dari anak istrinya. Vidio hasil bidikannya kalau dihitung-hitung mungkin sudah ratusan jumlahnya, rencanya dia akan membuat semacam film dokumentasi untuk setiap tahunnya.
Besambung...

Tidak ada komentar: